MEDAN, Waspada.co.id – Harga beras di Sumut dalam dua pekan terakhir ini mengalami penurunan dan tidak bergejolak seperti sebelumnya.
Diketahui, pemerintah berencana melanjutkan program bantuan beras hingga triwulan pertama tahun 2024. Kabar tersebut menjadi kabar baik, karena meskipun harga beras saat ini terpantau sudah mulai stabil, ancaman kenaikan harga masih sangat terasa.
Terkait hal ini, Ketua Tim Pemantauan Harga Pangan Sumut, Gunawan Benjamin, menjelaskan bahwa yang perlu dikhawatirkan pertama kali adalah harga gabah di tingkat petani setelah musim panen bulan lalu, yang masih berada dalam rentang harga mahal yaitu Rp5.800 hingga Rp6.300 per kg untuk gabah kering panen.
“Jadi meskipun memasuki musim panen, harga gabah masih 20 persen lebih mahal dari Harga Pembelian Pemerintah (Rp5.000 per kg). Harga beras medium wajar berada di kisaran Rp12.000 hingga Rp13.000 per kg,” tuturnya, Senin(16/10).
Dikatakan bahwa satu keharusan dalam jangka pendek adalah menekan harga beras untuk sejajar dengan Harga Pembelian Pemerintah. Kedua, intensifikasi lahan sawah sebagai bentuk pemaksaan, dapat menyebabkan resistensi petani. Penanaman padi secara terus menerus tanpa jeda justru akan mengakibatkan penurunan produktivitas tanaman padi.
“Pada praktiknya, banyak petani yang mengganti jenis tanaman pada musim tanam ketiga. Umumnya, mereka mengganti dengan kacang hijau atau kedelai. Hal ini dilakukan untuk menyuburkan tanah, memutus siklus serangan hama, dan mengurangi ketergantungan pupuk kimia pada tanaman padi selanjutnya,” ungkapnya.
Ketiga, biaya produksi yang disebabkan oleh mahalnya harga pupuk, berkurangnya alokasi pupuk bersubsidi, kenaikan harga pestisida, dan gangguan cuaca (El Nino) masih terjadi. Sehingga sulit bagi kita untuk meningkatkan produksi tanaman padi dalam waktu dekat. Pemerintah dapat melakukan perhitungan produksi yang diharapkan.
“Rencana pemerintah untuk mengimpor beras dari China menunjukkan kekhawatiran bahwa pasokan padi tidak akan pulih dalam waktu dekat,” jelasnya.
“Berdasarkan hasil observasi dengan petani di Sumut, banyak petani yang pesimis bahwa panen akan lebih tinggi dari sebelumnya pada musim panen mendatang (Januari – Februari). Karena sawah memasuki musim tanam kedua untuk padi pada bulan Oktober ini. Produksi gabah dari beberapa petani (yang diamati) diperkirakan akan meningkat tajam pada musim panen semester kedua tahun depan,” tandasnya. (wol/eko/d1)
Editor: Ari Tanjung