Rupiah dan IHSG Kembali Terdampak oleh Tekanan

by -183 Views
Rupiah dan IHSG Kembali Terdampak oleh Tekanan
                            

MEDAN, Waspada.co.id – Rupiah diproyeksikan mengalami tekanan pada perdagangan hari ini.

Testimoni yang disampaikan oleh Gubernur Bank Sentral AS memicu kemungkinan terjadinya kenaikan suku bunga sebesar 25 basis poin hingga akhir tahun 2023 ini. Imbal hasil surat utang US Treasury dengan tenor 10 tahun dan 2 tahun mengalami peningkatan sebelum pidato Gubernur Bank Sentral AS.

Ekonomi Sumatera Utara, Gunawan Benjamin, mengungkapkan bahwa imbal hasil obligasi US Treasury tenor 10 tahun pada perdagangan waktu AS sempat mendekati level 5%. Saat ini, imbal hasil tersebut berada di angka 4,951% untuk tenor 10 tahun, dan 5,116% untuk tenor 2 tahun.

Dengan peningkatan imbal hasil tersebut, mata uang rupiah memiliki potensi mengalami tekanan, dengan skenario terburuk mendekati level 16.000 per dolar AS.

“Namun, pada sesi perdagangan hari ini, rupiah berpotensi ditransaksikan dalam kisaran 15.850 hingga 15.940. Pada pembukaan perdagangan pagi ini, rupiah dibuka melemah di level 15.870. Kinerja dolar AS dalam perdagangan hari ini diperkirakan menguat terhadap banyak mata uang dunia. Hal ini sejalan dengan kenaikan Indeks Dolar AS yang kembali naik di atas level 106,5,” kata Gunawan, Kamis (26/10).

Di sisi lain, bursa saham global mengalami penurunan. Bursa di AS dan Eropa mengalami tekanan dalam perdagangan sebelumnya.

Beberapa bursa saham di Asia juga mengalami penurunan pada perdagangan hari ini. IHSG sendiri mengalami penurunan di level 6.838,61 pada sesi pembukaan.

“Kinerja pasar saham saat ini sedang menunggu rilis pertumbuhan ekonomi AS sebagai penggerak pasar selanjutnya. IHSG berpotensi kembali menguji level psikologis 6.800 pada perdagangan hari ini,” ungkapnya.

Namun, ada dilema di pasar saat ini, yaitu membaiknya pertumbuhan ekonomi AS di satu sisi memberikan harapan pemulihan ekonomi global, tetapi di sisi lain menimbulkan kekhawatiran akan kenaikan suku bunga acuan.

Sementara itu, kebijakan Presiden Jokowi yang membebaskan pajak pembelian rumah dan uang muka 0% menjadi kabar baik bagi sektor properti.

“Saat ini, pelaku pasar juga khawatir terjadi krisis di sektor properti China yang telah menyeret sejumlah perusahaan properti besar di negara tersebut. Krisis di sektor properti China memiliki potensi memicu krisis yang lebih besar. Meskipun upaya penyelamatan sektor tersebut terus dilakukan,” katanya.

“Untuk harga emas, saat ini ditransaksikan naik di level $1.983 per ons troy. Pelaku pasar masih memantau perkembangan konflik di Timur Tengah. Saya berpendapat bahwa pelaku pasar masih akan mengakumulasi emas jika ketegangan geopolitik semakin meningkat. Sejauh ini, konflik di Timur Tengah telah mendorong kenaikan harga emas itu sendiri. Dan harga emas yang hampir mencapai $2.000 per ons troy dianggap sudah overbought,” jelasnya. (wol/eko/d1)

Editor: Ari Tanjung