Waspada.co.id – Lima Tenaga Kesehatan (Nakes) dari Kementerian Kesehatan yang ditugaskan untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat Yahukimo yang mengalami bencana kelaparan, diserang oleh Kelompok KKB teroris di Kabupaten Yahukimo, Provinsi Papua Pegunungan.
Informasi yang dikumpulkan dari Okezone pada Rabu (1/11/2023), kelima Nakes tersebut adalah Ferdinandus Suweni, Adrianus Erdwarder Harapan, Sandi Ransa Angganita Mandowen, dan Danur Widuran.
Kelima Nakes ini diberikan tugas oleh Kementerian Kesehatan untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat di Distrik Amuma Yahukimo. Mereka berada di distrik tersebut sejak Senin (30/10/2023).
Danur Widuran, salah satu Nakes yang menjadi korban penganiayaan, menjelaskan bahwa ia dan empat rekannya diminta untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat di wilayah tersebut. Awalnya pelayanan berjalan normal, namun karena pesawat yang seharusnya menjemput mereka tidak datang, mereka harus menginap di sana. Keesokan harinya, mereka diserang oleh Kelompok KKB teroris.
“Saat pelayanan kami aman-aman saja, kami baik-baik saja, tidak ada masalah. Tetapi ketika menginap, pagi hari kami menunggu pesawat namun pesawat tidak datang. Maka saat itulah kami diserang,” ujar Danur.
Sementara itu, Nakes Angganita Mandowen menjelaskan kejadian tragis tersebut. Ia menceritakan bahwa ketika pesawat tidak kunjung datang, empat rekannya memutuskan untuk pergi ke SSB sementara dia berada di Puskesmas.
“Pada saat itu, sekitar 30 orang yang diduga sebagai anggota KKB datang dari arah ujung bandara. Situasinya sudah tidak biasa. Mereka turun dan kami berada di dalam rumah perawat. Mereka (KKB) yang datang dari ujung bandara langsung berteriak. Saya menyuruh mereka semua untuk masuk ke dalam ruangan dan tidak boleh keluar,” katanya.
Namun, salah satu korban yang bernama Adrianus panik dan melompat keluar jendela, akhirnya ia menjadi korban penganiayaan dengan tangan dipotong. Setelah Adrianus ditangkap, kelima korban dikumpulkan di tengah lapangan terbang dan diinterogasi.
Angganita Mandowen melanjutkan, ia bersama keempat Nakes lainnya dicurigai sebagai intel oleh KKB. Salah satu pelaku juga mengungkapkan kecurigaannya dan meminta KTP para korban. Pada saat yang sama, kelima Nakes juga menjadi korban penganiayaan.
“Pelaku kaget ketika saya keluar dengan atribut masyarakat. Mereka bertanya apakah kami menyamar, dan saya menjawab bahwa kami memang orang kesehatan dan tidak menyamar,” tuturnya.
“Rekan-rekan saya ditampar dan dipukul, dan saat saya mencoba menghalangi, saya juga terkena tendangan. Mereka kemudian meminta KTP. Dengan identitas yang kami kumpulkan, kami semua tidak dibunuh,” lanjutnya.
Dalam proses interogasi, para pelaku mengaku sebagai bagian dari KKB Kodap XVI Yahukimo. “Saat kami menjadi korban penganiayaan, mereka sempat mengatakan bahwa mereka berasal dari Batalyon Silimo Kodap XVI,” katanya.
Kelompok ini juga menanyakan maksud dari pemerintah mengirimkan bantuan bahan makanan ke Amuma. Kelompok tersebut membantah bahwa penduduk di Amuma mengalami kelaparan.
Bupati Yahukimo, Didimus Yahuli, menyatakan bahwa para Nakes tersebut sedang menjalankan tugas mulia. Didimus merasa kecewa. Ia telah memastikan bahwa pelaku bukanlah warga Amuma.
“Saya mengutuk perbuatan kejam ini. Tadi saya sudah turun langsung ke Amuma dan saya bisa memastikan bahwa pelaku bukanlah warga di sana. Keadaan di Amuma baik,” tegasnya. (okezone.com)