MEDAN, Waspada.co.id – Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi di Sumatera Utara mengalami kenaikan sebesar 0,46 persen dibandingkan September 2023, yaitu dari 126,20 menjadi 126,79.
Kenaikan NTP Oktober 2023 disumbang naiknya NTP dua subsektor, yaitu NTP subsektor Tanaman Pangan sebesar 0,35 persen dan NTP subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat sebesar 1,03 persen.
Sementara itu, NTP tiga subsektor lainnya mengalami penurunan, yaitu NTP subsektor Hortikultura sebesar 2,56 persen, NTP subsektor Peternakan sebesar 0,36 persen, dan NTP subsektor Perikanan sebesar 0,13 persen.
Kepala BPS Sumut, Nurul Hasanudin, mengatakan bahwa pada Oktober 2023, beberapa komoditas produksi pertanian memberikan andil terhadap NTP di Sumut.
“Pada subsektor tanaman pangan, komoditas yang memberikan andil terbesar terhadap kenaikan adalah komoditas jagung. Pada subsektor hortikultura, komoditas yang memberikan andil terbesar terhadap penurunan, di antaranya cabai merah, jeruk, dan tomat. Sedangkan pada subsektor tanaman perkebunan rakyat, komoditas yang memberikan andil terbesar terhadap kenaikan, yaitu kelapa sawit, kakao/coklat biji, dan kopi,” tuturnya, Jumat (3/11).
Sedangkan pada subsektor peternakan, komoditas yang memberikan andil terbesar terhadap penurunan, yaitu komoditas babi, ayam ras pedaging, dan ayam kampung/buras.
Pada subsektor perikanan, komoditas yang memberikan andil terbesar terhadap penurunan, di antaranya ikan nila tawar, udang payau dan ikan teri.
“Komoditas penyumbang terbesar Indeks Kelompok Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) untuk subsektor tanaman pangan, hortikultura tanaman perkebunan rakyat, dan perikanan, yaitu cabai merah, bawang merah, dan daging babi. Komoditas penyumbang terbesar IKRT untuk subsektor peternakan, yaitu cabai merah, bawang merah, dan cabe rawit,” bebernya.
Di sisi lain, untuk tercatat pula pada tingkat petani pada Oktober, harga gabah tertinggi senilai Rp6.700 per kg berasal dari gabah kualitas Gabah Kering Giling (GKG) varietas Ciherang di Kabupaten Labuhanbatu Utara.
“Sedangkan harga terendah senilai Rp5.100 per kg berasal dari Gabah kualitas Gabah Kering Panen (GKP) varietas IR-64 dari Kabupaten Labuhanbatu. Di tingkat penggilingan pada Oktober juga tercatat, harga gabah tertinggi senilai Rp6.800 per kg berasal dari gabah kualitas GKG varietas Ciherang di Kabupaten Labuhanbatu Utara,” ungkapnya.
Sedangkan harga terendah senilai Rp5.200 per kg berasal dari Gabah kualitas GKP varietas IR-64 dari Kabupaten Labuhanbatu.
Adapun rata-rata harga gabah kelompok kualitas GKG di tingkat petani mengalami penurunan sebesar 0,92 persen dari Rp6.459 per kg pada September menjadi Rp6.399 per kg pada Oktober.
“Kelompok kualitas GKP juga mengalami penurunan sebesar 2,32 persen dari bulan sebelumnya yaitu dari Rp6.039 per kg menjadi Rp5.899 per kg,” katanya.
“Di mana untuk rata-rata harga gabah kelompok kualitas GKG di tingkat penggilingan mengalami penurunan sebesar 0,37 persen dari Rp6.604 per kg pada September menjadi Rp6.580 per kg pada Oktober,” terangnya.
“Kelompok kualitas GKP juga mengalami penurunan sebesar 1,35 persen dari bulan sebelumnya yaitu dari Rp6.250 per kg menjadi Rp6.165 per kg,” tandasnya. (wol/eko/d2)
Editor: Ari Tanjung