Prof Ridha Yakin Mahasiswa di LP3i Makassar Memiliki Peluang Bersaing di Luar Negeri

by -137 Views
Prof Ridha Yakin Mahasiswa di LP3i Makassar Memiliki Peluang Bersaing di Luar Negeri

MAKASSAR, Waspada.co.id – Masih dalam rangkaian roadshow ke 15 kota di Indonesia, Inisiator Gerakan Gadget Sehat Indonesia (GGSI), Prof Dr dr. Ridha Dharmajaya Sp.BS (K) mengunjungi kampus LP3i Makassar pada Kamis (9/11) pagi.

Dalam kunjungannya, Prof Ridha menyampaikan situasi Indonesia yang sedang menghadapi bonus demografi. Usia produktif penduduk Indonesia jauh lebih besar dibanding usia non-produktifnya. Kondisi ini hanya dialami oleh India dan Indonesia, sedangkan negara lain saat ini kekurangan usia produktif.

Prof Ridha menyatakan bahwa jika bonus demografi dimanfaatkan dengan baik, peluang untuk bersaing dengan negara lain di era global akan terbuka lebar. Hal ini disebabkan negara lain akan kekurangan usia produktif.

“Jika bonus demografi bisa dimanfaatkan, Indonesia akan menjadi negara yang diperhitungkan bahkan masuk ke dalam lima besar dunia. Jika generasi muda atau generasi produktif tumbuh menjadi generasi berkualitas, yaitu generasi cerdas, sehat, dan memiliki akhlak yang baik,” ujar Prof Ridha.

Namun, lanjutnya, jika bonus demografi tidak dimanfaatkan, bisa menjadi bencana demografi. Salah satu penyebabnya adalah penggunaan gadget yang tidak tepat baik dari segi posisi maupun durasi.

Berdasarkan pengalamannya sebagai dokter spesialis bedah saraf, Prof Ridha sering menemui anak muda yang mengalami syaraf kejepit pada bagian leher akibat penggunaan gadget yang tidak tepat.

“Anak muda sering mengalami kesemutan tangan dan kaki, pegal di leher, pundak terasa berat, dan tidak segar saat bangun tidur. Ini dulunya dirasakan oleh orang tua usia 60 tahun ke atas, namun saat ini sudah dialami oleh remaja tingkat SMA, SMP, bahkan SD,” ungkapnya.

Semua itu disebabkan oleh tekukan pada bagian leher saat menggunakan gadget. Jika tekukan semakin dalam, beban pada leher akan semakin berat.

“Jika penggunaannya dalam durasi singkat mungkin tidak begitu berpengaruh, namun jika dilakukan dalam durasi tiga hingga empat jam tentu akan berbahaya. Apalagi jika dilakukan secara terus menerus selama berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun, dampak yang diakibatkan bisa menjadi kematian saraf,” jelasnya.

Menurut Prof Ridha, kondisi kematian saraf adalah hal yang mengerikan. “Jika sudah terjadi kematian pada saraf, ini akan mengakibatkan kelumpuhan pada tangan dan kaki, hilangnya rasa buang air kecil dan besar, dan hilangnya fungsi seksual bagi kaum lelaki.”