MEDAN, Waspada.co.id – Pagi itu, pemandangan yang cerah di Desa Sialang, Kecamatan Bangun Purba, Kabupaten Deliserdang benar-benar memberikan suasana penuh ketenangan. Namun di tengah ketenangan itu, dari dalam sebuah gubuk berukuran 3,5 m x 5m, terlihat seorang pria dengan serius memberi pakan sampah organik kepada maggot Black Soldier Fly (BSF).
Gubuk kecil itu pun dipenuhi dengan keranjang-keranjang kecil yang berisi sampah organik. Pria itu dengan hati-hati menyebarkan sisa sayuran, buah-buahan, dan bahan organik lainnya di atas meja kerja panjang di pinggir gubuk. Di sekitarnya, terdapat wadah-wadah berisi larva BSF yang sedang tumbuh dan berkembang.
“Bentar lagi mau dipanen ini bang. Mau dijual buat tambah-tambahan supaya dapur bisa terus ngepul,” kata Herdiono sembari tersenyum, Kamis (14/12/2023).
Dengan penuh perhatian, Herdiono pun terus memberi pakan kepada larva BSF, memastikan bahwa mereka tumbuh dengan baik dan sehat. Setiap gerakan tangannya tampak sudah menjadi kebiasaan yang terampil dalam menjalankan aktivitasnya ini.
Budidaya maggot sendiri memang menjadi salah satu aktivitas baru yang dilakukan masyarakat Desa Sialang, setidaknya dalam kurun waktu 4 bulan terakhir. Dan budidaya ini menjadi aktivitas bagi masyarakat untuk mendapatkan tambahan penghasilan.
Budidaya ini juga merupakan bagian dari Program “Desa Berdaya PLN”, yang ditujukan untuk pemulihan dan memperkuat perekonomian Desa Sialang dengan pengembangan ekonomi kreatif, lingkungan asri, pendidikan inovatif dan produktif, dalam rangka mempertegas legalisasi status desa mandiri dengan mengoptimalkan potensi dan sumber daya desa.
“Yang jelas pekerjaan ini sangat membantu kami dari sisi ekonomi, dan terpenting kami mendapatkan pengetahuan baru soal budidaya maggot ini. Apalagi memang budidaya ini ternyata sederhana, dalam waktu 17 hari kami sudah bisa panen dan siap untuk dijual,” katanya.
“Cara budidaya maggot tergolong mudah, alat yang dibutuhkan hanya berupa kandang lalat BSF yang terbuat dari kayu atau papan yang bercelah sebagai tempat kawin maggot, wadah kecil untuk penetasan telur, dan rak untuk tempat pembesaran maggot. Kandang ditutup kawat atau kasa dan diletakkan di tempat yang terkena sinar matahari,” katanya lagi.
Dikatakan, sejauh ini sudah beberapa kali panen dan dijual kepada masyarakat yang memiliki ternak, baik lele maupun ayam. Biasanya kalau sekali panen bisa dapat 50 kilogram dan per kilo itu harganya Rp 10 ribu.
“Alhamdulillah bang, bisa nambah-nambah untuk keluarga kan. Terpenting, sekarang masyarakat juga ga perlu bingung mau buang sampah sisa makanan, karena udah tahu mau diberikan kemana,” terangnya.
Lanjut Herdiono, maggot berguna dalam proses penguraian bahan-bahan organik karena maggot mengkonsumsi sampah sayuran dan buah. Kemampuan maggot dalam mengurai sampah sangat cepat.
“Dalam waktu 24 jam 10.000 ekor maggot BSF dapat mengurai 5 kg sampah organik. Maggot juga mampu memakan sampah organik sebanyak 2 hingga 5 kali berat badannya per hari,” tutup Herdiono.
Kampung Jadi Bersih Dengan Bank Sampah
Tak hanya peternakan maggot, bank sampah juga menjadi program yang dijalankan di Desa Berdaya Sialang. Bank sampah adalah tempat mengumpulkan sampah yang telah dipilah sebelum nantinya melewati proses daur ulang menjadi produk baru.
Bank sampah memiliki beberapa manfaat bagi manusia dan lingkungan hidup, seperti membuat lingkungan lebih bersih, menyadarkan masyarakat akan pentingnya kebersihan, dan membuat sampah menjadi barang ekonomis.