MEDAN, Waspada.co.id – IHSG ditutup menguat 0,21% di level 7.190,99 atau naik 14,97 poin. IHSG gagal bertahan di atas level 7.200, di mana IHSG bahkan mencapai level tertingginya di angka 7.215.
Ekonom Sumut, Gunawan Benjamin menyatakan bahwa IHSG kesulitan untuk menembus level psikologis tersebut. Seiring dengan masih memburuknya kinerja sejumlah bursa di Asia. Pelaku pasar saham masih membutuhkan beberapa konfirmasi data penting kedepan untuk melanjutkan tren penguatan.
“Namun kabar buruk kembali menghantui perekonomian di tanah air. Data neraca perdagangan di tanah air menunjukkan kinerja yang lebih rendah dari ekspektasi. Pada bulan November, Indonesia mencatatkan surplus sebesar $2,41 Milyar, atau lebih rendah dibandingkan ekspektasi sebesar $3 milyar. Tren pelemahan surplus neraca perdagangan memang tidak menekan kinerja IHSG sejauh ini,” tuturnya, Jumat (15/12).
Namun sempat menekan kinerja mata uang rupiah, meskipun di sesi perdagangan penutupan Rupiah mampu menguat tipis. Mata uang rupiah yang pada sesi perdagangan pagi sempat melemah hingga ke level 15.525, berbalik menguat di sesi perdagangan sore. Rupiah ditutup di level 15.490 per US Dolar seiring dengan memburuknya kinerja imbal hasil US Treasury.
“Mata uang US dolar juga tengah melemah terhadap sejumlah mata uang global belakangan ini. Memburuknya USD Index pasca testimoni Bank Sentral AS yang saat ini berada di level 102, menjadi indikator kuat tekanan yang dialami US Dolar. Pelemahan US Dolar ini mendorong pemulihan kinerja mata uang rupiah,” ungkapnya.
Dan bukan hanya mata uang rupiah yang diuntungkan, harga emas juga mengalami penguatan setelah testimoni Gubernur Bank Sentral AS. Harga emas pada perdagangan hari ini juga kembali mengalami kenaikan di level $2.041 per ons troy.
“Harga emas sejauh ini masih mampu bertahan di atas level 1 juta per gramnya. Dan prospek harga emas masih sangat cerah jika berkaca kepada arah kebijakan moneter The FED,” tandasnya. (wol/eko/d2)