Subholding Gas Pertamina, PT Perusahaan Gas Negara Tbk bersama afiliasinya PT Gagas Energi Indonesia (“Gagas”) terus mengembangkan pemanfaatan penggunaan gas bumi sebagai energi alternatif yang ramah lingkungan untuk sektor transportasi.
Pengembangan pemanfaatan gas bumi untuk sektor transportasi kali ini dilakukan dengan mencoba mengkonversi kapal nelayan untuk dapat menggunakan Bahan Bakar Gas (“BBG”) berbasis Compresed Natural Gas (CNG) dengan nama produk Gasku.
Kegiatan ini sekaligus menyambut Hari Ulang Tahun ke-66 Holding Migas PT Pertamina (Persero) dengan semangat memenuhi kebutuhan energi yang bersih, adil, terjangkau, dan berkelanjutan untuk masyarakat.
Uji coba dilakukan dengan melibatkan 100 orang nelayan di daerah Tambak Lorok dan Tambak Rejo, Semarang, Jawa Tengah. Gagas melakukan sosialisasi sekaligus uji coba penggunaan bahan bakar gas pada mesin kapal nelayan bersama dengan Dinas Perikanan Kota Semarang dan Balai Besar Penangkapan Ikan (“BBPI”).
Sosialisasi dan penjelasan terkait uji coba penggunaan bahan bakar gas pada mesin kapal nelayan dilakukan di Balai Besar Penangkapan Ikan Kota Semarang. Hadir dalam sosialisasi dan uji coba tersebut adalah Kepala Dinas Perikanan Kota Semarang, Ir. Sih Rianung, ST MT, Kepala Balai Besar Penangkapan Ikan Kota Semarang, Bagus Oktori Sutrisno.
Di dalam sambutannya Rianung menyambut baik alternatif penggunaan bahan bakar yang dapat digunakan oleh nelayan. Melalui program dan uji coba pengaplikasian konverter BBG pada kapal nelayan diharapkan dapat memberikan nilai tambah bagi penghasilan yang akan didapatkan oleh nelayan.
“Dibandingkan dengan mesin eksisting, mesin yang sudah dikonversi menggunakan BBG ini memiliki kualitas yang lebih baik,” ungkapnya.
Di tempat terpisah, Direktur Utama Gagas, Muhammad Hardiansyah, menyampaikan bahwa uji coba ini merupakan salah satu langkah Gagas untuk membantu masyarakat mendapatkan berbagai alternatif energi pilihan yang lebih efisien dan ramah lingkungan. Terlebih untuk masyarakat yang dalam kesehariannya memiliki ketergantungan cukup besar terhadap bahan bakar minyak seperti nelayan.
“Kami berusaha melakukan berbagai inisiatif untuk pemanfaatan gas yang lebih besar di berbagai sektor khususnya sektor transportasi. Selain untuk membantu Pemerintah mengurangi beban subsidi energi untuk transportasi, penggunaan BBG yang relatif lebih efisien diharapkan juga dapat meningkatkan kesejahteraan nelayan,” ungkapnya.
Jika pada transportasi darat seperti mobil, bis atau truk melakukan pengisian ulang secara langsung dengan mendatangi stasiun pengisian bahan bakar (“SPBG”) terdekat, maka sistem pengisian bahan bakar gas untuk kapal nelayan akan menggunakan sistem tukar tabung seperti pada Gaslink Cylinder.
“Untuk setiap kapal nelayan yang sudah dikonversi akan dibekali dengan 1 unit tabung baja dengan standar keselamatan tinggi dan berkapasitas sekitar 17 (“Liter Water Capacity”) LWC atau setara dengan 4.2 Liter Setara Premium (“LSP”),” jelasnya.
Satu unit tabung diperhitungkan dapat mendukung daya jelajah sekitar hingga 50 km atau setara dengan 1 hari berlayar. Pada proses uji coba ini, Gagas akan mengirimkan sekitar 100 tabung yang telah terisi ke lokasi terdekat yang dapat diakses oleh nelayan untuk melakukan penukaran tabung kosong. Pelaksanaan uji coba ini akan dilaksanakan selama 1 bulan untuk melihat bagaimana efisiensi dan efektivitas penggunaan BBG pada mesin kapal nelayan.
“Selain uji coba konversi pada mesin kapal nelayan, pada awal tahun 2023 Subholding Gas juga telah melakukan uji coba penggunaan BBG pada truk pengangkut logistik dengan menggunakan Liquefied Natural Gas (“LNG”) dan menunjukkan hasil yang cukup memuaskan. Pada uji coba tersebut, truk LNG yang memiliki kapasitas tangki bahan bakar sebanyak 1.000 liter LNG berhasil menempuh rute Jakarta – Surabaya dengan total jarak tempuh sekitar 840 km dan hanya menghabiskan sekitar 542 liter LNG,” tandasnya.
(Editor: Ari Tanjung)