MEDAN, Waspada.co.id – Harga CPO di tahun depan masih belum mendapatkan dorongan fundamental yang kuat untuk berlanjut menguat.
Ekonom Sumut, Gunawan Benjamin, menuturkan jika melihat tren perkembangan harga CPO dalam satu tahun terakhir, harga CPO terpantau bergerak dalam rentang 3.250 ringgit hingga 4.350 ringgit per ton. Bahkan Harga cenderung bergerak mendatar dalam 6 bulan terakhir.
“Satu-satunya kabar baik yang menjadi sentimen positif bagi harga CPO di tahun depan dari sisi eksternal adalah rencana pemangkasan suku bunga acuan oleh Bank Sentral AS. Yang kalau terjadi maka akan berpeluang mendorong terciptanya akselerasi pertumbuhan ekonomi global. Dengan harapan ada pemulihan ekonomi yang bisa mendorong peningkatan demand atau permintaan CPO,” tuturnya, Jumat (29/12).
Selanjutnya adalah, pemulihan ekonomi juga akan membuat produk komoditas lain seperti minyak mentah dan kedelai juga berpeluang naik. Dari sisi subtitusi juga akan mendorong kenaikan harga CPO itu sendiri. Akan tetapi, tantangan eksternal yang berpotensi menghambat laju kenaikan harga CPO adalah masalah geopolitik (perang) ditambah dengan melambatnya ekonomi China.
“China menjadi salah satu negara konsumen CPO terbesar dan memiliki peran besar yang mendorong kinerja ekspor Sumut maupun tanah air. Perlambatan ekonomi China jelas akan sangat mempengaruhi kinerja ekspor minyak nabati nantinya. Dan perlambatan ini sudah terlihat di depan mata, berpeluang menciptakan penurunan harga CPO Sumut,” ungkapnya.
Sementara itu, untuk kabar baik dari tanah air atau domestik adalah adanya harapan kenaikan permintaan atau demand untuk pemenuhan kebutuhan biodiesel. El nino yang kemungkinan masih akan berlangsung hingga paruh pertama tahun 2024 juga akan turut mendorong penurunan produksi dan tentunya harapan akan pemulihan harga CPO.
“Di luar tantangan dan peluang tersebut, ada satu hal yang mengusik harga CPO kedepan. Yaitu penerapan kebijakan EURDR (UU anti deforestasi Eropa) yang bisa saja menghambat kinerja ekspor maupun harga CPO itu sendiri. UU tersebut bisa menjadi kabar buruk, bukan hanya bagi CPO itu sendiri, namun bagi komoditas unggulan lainnya,” ungkap Gunawan.
Harga CPO saat ini masih bertahan dikisaran 3.750 ringgit per tonnya. Harapannya di tahun depan harga CPO tidak turun di bawah level 3.200 ringgit per ton. Ada banyak ketidakpastian ekonomi global di tahun depan sehingga membuat harga CPO sulit diproyeksikan.
“Namun harga CPO harus bertahan minimal di atas 3.500 ringgit per ton. Agar harga sawit di tingkat petani tetap memberikan keuntungan,” tandasnya. (wol/eko/d1)
Editor: Ari Tanjung