Kantor berita Reuters melaporkan bahwa Direktur Pusat Badan Intelijen (CIA) Amerika Serikat (AS) Williams Burns akan berkunjung ke Israel. Burns diperkirakan akan bertemu dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu. Pertemuan ini terjadi saat Israel menyerang Rafah, kota paling selatan Gaza. Kota tersebut menampung lebih dari satu juta pengungsi Palestina.
Militer Israel memerintahkan pengungsi di Rafah untuk mengungsi kembali ke zona perluasan humanitarian yang terletak 20 kilometer jauhnya. Serangan Israel ke Rafah juga memunculkan keraguan apakah perundingan delegasi Israel, Hamas, AS, Qatar, dan Mesir akan berhasil.
AS telah menangguhkan pengiriman bom ke Israel karena khawatir Israel akan melakukan serangan besar ke Rafah. Pengiriman tersebut mencakup bom seberat 2.000 pon atau lebih dari 900 kilogram dan bom seberat 500 pon atau 226 kilogram.
Kepala badan bantuan PBB, Martin Griffiths, mengecam keputusan Israel menyerang Rafah dan dampak kemanusiaan yang ditimbulkannya. Lebih dari 1 juta orang, termasuk 600 ribu anak-anak, masih berada di Rafah. Langkah Israel menutup penyeberangan perbatasan dengan Mesir juga memotong pasokan bahan bakar dan bantuan.
Griffiths menegaskan bahwa keputusan ini akan dikenang oleh generasi mendatang dan mengajak semua untuk bersiap menghadapi kritik yang akan datang.
