Merasa pesimis tentang krisis Maserati tampaknya meremehkan situasi. Penjualan mobil mewah ini mengalami penurunan signifikan tahun lalu, dan proyeksi untuk tahun 2025 juga tidak optimis. Dampak tarif baru dari pemerintahan Trump juga memperburuk kondisi, terutama karena tidak satu pun dari model Maserati dibuat di AS. Stellantis, sebagai perusahaan induk merek ini, telah mengontrak perusahaan konsultan McKinsey & Company untuk menilai situasi dan mengantisipasi dampak tarif yang mungkin terjadi.
Meskipun kondisinya memburuk, Maserati tidak akan dijual, menurut pernyataan dari Santo Ficili, bos baru Maserati. Beliau menegaskan komitmen Stellantis terhadap Italia dan merek-mereknya, termasuk Maserati. Meskipun ada kekhawatiran mengenai minat pembeli terkaya terhadap mobil listrik, proyek MC20 listrik telah dibatalkan karena rendahnya minat komersial.
Mantan CEO Stellantis, Carlos Tavares, sebelum mengundurkan diri, menyatakan bahwa masalah Maserati bukanlah pada mobilnya, tetapi pada strategi pemasaran dan positioning. Meskipun ada spekulasi tentang kemungkinan penjualan, Stellantis menegaskan bahwa Maserati akan tetap menjadi bagian dari keluarga perusahaan.
Stellantis sedang mencari CEO baru dan telah menegaskan kembali komitmennya pada 14 merek yang dimilikinya. Meskipun konsep merger dengan Alfa Romeo tidak terlalu mungkin, kerja sama yang lebih erat antara merek tersebut masih merupakan kemungkinan. Meskipun tantangan besar dihadapi oleh Maserati, Stellantis nampaknya bertekad untuk mempertahankan merek mewah ini di pasar otomotif global.
