Porsche menghadapi masa sulit saat ini, dengan penurunan penjualan, tarif tinggi, dan persaingan ketat dari mobil listrik di Cina. Menurut laporan terbaru dari Automotive News, strategi elektrifikasi yang terlalu agresif dan tidak fleksibel adalah penyebab utama masalah ini. Porsche bahkan telah mengalami penundaan dalam memperkenalkan produk listrik baru, seperti pengganti 718 Boxster dan Cayman serta SUV tiga baris yang dinantikan banyak orang.
Keputusan Porsche untuk mencapai target 80 persen mobil listrik di seluruh dunia pada tahun 2030 terbukti sulit untuk dicapai. Hal ini mengakibatkan Porsche harus menghadapi berbagai tantangan, termasuk pengembangan model pembakaran tambahan dan penundaan dalam meningkatkan BEV. Selain itu, Porsche juga harus mengelola situasi yang tidak menguntungkan di China serta ketidakpastian seputar ekspor ke AS.
Meskipun Porsche telah memangkas pekerjaan dan memotong target pendapatan penjualan, masih ada harapan bagi perusahaan ini. Jika Porsche mengambil pendekatan produksi yang lebih fleksibel dengan lebih banyak hibrida plug-in dan platform bersama, seperti yang dilakukan BMW, mereka dapat lebih cepat beradaptasi dengan perubahan tren permintaan. Namun, tantangan terbesar bukan hanya datang dari pasar mobil listrik yang lesu, tetapi juga dari persaingan sengit di Cina.
Porsche telah melakukan perombakan tim eksekutif dan memperbarui kepemimpinan dalam upaya memperbaiki situasi saat ini. Dengan merek yang kuat dan sejarah yang cemerlang dalam mobil sport kelas atas, Porsche memiliki potensi untuk pulih dari krisis ini. Namun, dengan berbagai faktor yang perlu diatasi, termasuk rencana elektrifikasi yang ambisius dan persaingan di pasar Cina, tantangan besar masih menanti Porsche di masa depan.