Mengatasi Stunting untuk Membentuk Masa Depan Bangsa

by -120 Views
Mengatasi Stunting untuk Membentuk Masa Depan Bangsa

Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin menyatakan bahwa kasus stunting berperan penting dalam menentukan masa depan bangsa. Stunting memiliki dampak besar terhadap kualitas sumber daya manusia di Indonesia, terutama pada saat bonus demografi tahun 2030.

Hal tersebut disampaikan oleh Budi Gunadi Sadikin dalam peluncuran Gerakan Anak Sehat yang dilakukan secara virtual di Jakarta, pada Selasa (31/10).

Budi menilai anak-anak yang tidak mengalami stunting memiliki peluang yang lebih besar untuk tumbuh sehat dan cerdas, sehingga dapat berkontribusi lebih untuk mewujudkan Indonesia sebagai negara maju pada tahun Indonesia Emas 2045.

“Stunting sangat penting karena mempengaruhi apakah anak-anak kita akan tumbuh sehat dan cerdas atau tidak,” ujar Menkes Budi.

Oleh karena itu, Budi Sadikin menilai bahwa stunting harus dicegah sebelum terjadi, karena stunting merupakan gangguan kesehatan akut yang gejalanya sudah diketahui dan bisa dicegah.

“Bagaimana jika kita mengobati stunting? Itu sudah terlambat. Sudah seperti stadium lima, kemungkinan penyembuhannya kecil. Maka, lakukan pencegahan stunting,” katanya.

Dalam hal ini, Kementerian Kesehatan memiliki 11 program intervensi stunting yang berfokus pada tiga fase, yaitu sebelum ibu hamil, saat ibu hamil, dan setelah kelahiran anak.

Budi menjelaskan bahwa program-program tersebut juga mencakup upaya penimbangan dan pengukuran berat badan bayi. Jika berat badan bayi di bawah standar, tindakan intervensi segera dapat dilakukan dengan memberikan makanan tambahan yang mengandung protein hewani untuk mencegah anak mengalami stunting.

Menurut Budi, berbagai upaya ini dapat membantu mengurangi angka stunting di Indonesia guna memaksimalkan bonus demografi yang akan didapatkan pada tahun 2030 mendatang.

Ia juga menambahkan bahwa penanggulangan stunting juga dapat mendorong Indonesia menjadi negara maju dan keluar dari jebakan pendapatan menengah (middle income trap), yang ditandai dengan pendapatan per kapita yang stabil sekitar Rp 15 juta per bulan.

“Hanya tinggal tujuh tahun lagi. Jika dalam tujuh tahun ke depan pendapatan tidak naik, kemungkinan anak dan cucu kita tidak akan pernah merasakan kehidupan sebagai warga negara maju,” tambahnya. (wol/republika/man/d2)