MEDAN, Waspada.co.id – Data inflasi China yang dirilis pagi ini menunjukkan bahwa inflasi y-o-y pada bulan Mei tetap stabil di angka 0,3%. Laju tekanan inflasi yang stabil di China merespon dengan memburuknya kinerja mayoritas bursa di Asia pada perdagangan pagi ini.
Ekonom Sumatera Utara, Gunawan Benjamin, mengatakan bahwa IHSG masih mampu berkinerja positif di awal sesi perdagangan pagi ini. IHSG masih bergerak sideways dengan kecenderungan menguat di kisaran level 6.857 pada sesi awal perdagangan.
“Setelah rilis data inflasi China, selanjutnya pelaku pasar akan fokus pada rilis data inflasi AS malam nanti. Tidak ada lagi agenda ekonomi penting yang akan mengubah peta pasar, kecuali ada kejutan baru selama sesi perdagangan. Namun pasar saham tetap berpotensi bergerak secara volatil, dengan risiko pasar saham dapat ditutup di zona merah,” kata Gunawan, Rabu (12/6).
Karena pasar menunggu data inflasi, kebijakan suku bunga acuan, dan pidato The FED, ada ancaman di mana sinyal hawkish yang lebih jelas dapat menekan kinerja pasar keuangan lebih dalam. Mata uang rupiah akan sangat terdampak oleh sejumlah agenda penting dari AS hari ini. Pada perdagangan pagi ini, mata uang rupiah mencapai 16.300 per Dolar AS.
“Berdasarkan sejumlah sentimen eksternal, terutama dari AS, pasar keuangan di Indonesia dapat berkinerja buruk pekan ini,” ungkapnya.
“Dan hari ini saya memperkirakan IHSG berpotensi bergerak dalam rentang 6.800 hingga 6.870. Sementara rupiah akan konsolidasi sementara di level 16.300. Untuk harga emas, pagi ini cukup stabil di kisaran $2.312 per ons troy,” tambah Gunawan. (wol/eko/d1)
Editor: Ari Tanjung
