Rupiah Mendekati 16.000 per US Dolar dengan Kenaikan Imbal Hasil Obligasi AS

by -143 Views

MEDAN, Waspada.co.id – Indeks harga saham gabungan ditutup turun 1,57% di level 6.741,96. Kinerja IHSG sangat berbeda dengan kinerja pasar saham di Asia, di mana meskipun ada banyak bursa saham yang mengalami pelemahan, namun koreksinya sangat terbatas.

Ekonom Sumut, Gunawan Benjamin, menjelaskan sejumlah indikator ekonomi selama perdagangan juga tidak menunjukan adanya koreksi besar, yang berpeluang menggiring tekanan pada pasar saham di Pasar Asia.

“Seirama dengan pelemahan IHSG, kinerja mata uang rupiah juga ditransaksikan melemah pada hari ini. Mata uang rupiah melemah di level 15.930 per US Dolar pada sesi penutupan perdagangan hari ini. Indeks US Treasury tebor 10 tahun kembali melonjak di atas 5%, yang menjadi salah satu pemicu memburuknya kinerja mata uang rupiah. Kenaikan imbal hasil US Treasury ke level tertinggi dalam 16 tahun terakhir sempat giring Rupiah dekati 16.000 (15.950-an) pada hari ini,” tuturnya, Senin (23/10).

Rupiah dan IHSG yang terpuruk pada hari ini, kinerjanya lebih buruk dari ekspektasi sebelumnya. Tekanan pada pasar keuangan sepertinya juga belum mereda, dimana sejumlah bursa di Eropa pada perdagangan hari ini dibuka di teritori negatif. Jika bursa di AS melanjutkan tren penurunan pada perdagangan selanjutnya, maka bursa di Asia pada perdagangan besok juga berpeluang untuk ditransaksikan di teritori negative.

“Sementara itu kenaikan obligasi AS khususnya US treasury 10 Tahun menjadi sinyal kemungkinan bahwa kenaikan bunga acuan Bank Sentral AS masih ada. Terlebih di pekan ini nantinya akan ada pidato dari Gubernur Bank Sentral AS Jerome Powell terkait situasi ekonomi AS. Disisi lain pelaku pasar juga masih meragukan kemampuan AS dalam menekan laju tekanan inflasi hingga ke level 2%,” ungkapnya.

Diketahui meningkatnya tensi geopolitik di Timur Tengah telah memunculkan ketakutan akan kenaikan harga minyak. Ancaman tersebut bukan hanya akan membuat inflasi sulit dikendalikan, dan pastinya akan merubah ekspektasi pembentukan suku bunga acuan ke level yang lebih tinggi.

“Sementara itu, harga emas di sesi perdagangan sore ini terpantau tidak mampu bergerak banyak. Situasi konflik di Timur Tengah diyakini masih akan memburuk, yang bisa saja mendorong penguatan harga emas lebih besar. Investor menilai bahwa pasar tengah melihat bahwa konfik tengah meluas ke negara lain. Meskipun harga emas pada perdagangan sore ditransaksikan turun di level $1.977 per ons troy, namun pasar melihat jika eskalasi konflik meningkat maka harga berpeluang kembali mendekati $2.000 per ons troy,” tandasnya. (wol/eko/d2)

Editor: Ari Tanjung