BATANGTORU, Waspada.co.id – Total produksi sampah di Indonesia mencapai 21,1 juta ton. Sebanyak 65,71% atau 13,9 juta ton dapat dikelola, sedangkan sisanya 34,29% atau 7,2 juta ton belum terkelola dengan baik.
Data tersebut diambil dari Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) tahun 2022 hasil input dari 202 kabupaten/kota se-Indonesia.
Jumlah timbulan sampah Indonesia pada tahun 2016 mencapai 66 juta ton/tahun. Komposisi sampah Indonesia berupa sampah organik seperti sisa makanan dan kayu ranting daun sebesar 57%, sampah plastik sebesar 16%, sampah kertas 10%, serta lainnya (logam, kain tekstil, karet kulit, kaca) 17%.
Rata-rata presentase sampah terolah dengan cara pengomposan untuk kota di Indonesia dengan cara sebesar 16,2%, sekitar 11 juta ton/tahun. Masih terdapat 82% sampah belum terkelola. Sampah yang tidak terkelola dengan baik akan menimbulkan dampak negatif.
Tingginya jumlah timbulan sampah tersebut dipicu oleh laju percepatan pertumbuhan penduduk perkotaan di Indonesia yang mencapai 2,75% termasuk urbanisasi serta meningkatnya aktivitas dan konsumsi masyarakat perkotaan.
Salah satu jenis sampah yang paling sulit terurai adalah sampah plastik yang mencapai 400 tahun. Total timbulan sampah plastik 16% dari total timbulan sampah nasional. Tren timbulan sampah plastik dalam kurun waktu 10 tahun terakhir, terutama di daerah perkotaan, mulai dari 11% di tahun 2005 menjadi 15% di tahun 2015. Sebanyak 9,85 miliar lembar per tahun bersumber dari hanya dari 90 gerai ritel se Indonesia (Ditjen PSLB3).
Berdasarkan data Jambeck et al tahun 2015, disebutkan bahwa Indonesia merupakan negara kedua penghasil sampah plastik di laut sebesar 1,29 juta ton per tahun.
Minimalkan Volume Sampah di TPST Aek Sirara
Sampah menjadi salah satu masalah yang saat ini belum dapat diselesaikan secara utuh oleh seluruh lapisan masyarakat. Situasi ini mendorong PT Agincourt Resources (PTAR), pengelola Tambang Emas Martabe yang berada di kawasan Kecamatan Batangtoru, Sumatera Utara, mendukung pemerintah untuk mengurangi masalah sampah.
Pengelolaan sampah difokuskan di area lingkar tambang untuk membantu dan mendorong penurunan volume sampah residu di TPST Aek Sirara dan menjaga keberlangsungan kelestarian lingkungan observasi tambang.
Pada Oktober 2022 Agincourt Resources membangun fasilitas pemilahan sampah (waste sortation facility/ WSF). Beroperasinya fasilitas pemilahan sampah tersebut berhasil meningkatkan volume daur ulang sampah plastik pada 2022 hingga 64% dibandingkan dengan tahun sebelumnya, dan mampu menurunkan volume sampah residu yang ditempatkan di TPST Aek Sirara sebesar 11%.
Supervisor – Environment Technical Support, Department Environment PTAR, Joko Tri Atmojo, menuturkan data ini menunjukkan upaya besar Agincourt Resources dalam mengolah sampah plastik secara mandiri.
“Sementara, penurunan volume sampah residu atau sampah tidak terolah yang ditampung di Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Aek Siara, Batangtoru, Tapanuli Selatan, membuktikan kontribusi PTAR dalam menekan volume sampah di Tapanuli Selatan yang tentu mampu menjaga keberlangsungan lingkungan dan juga keanekaragaman hayati di lingkar tambang,” tuturnya, Senin (29/4).
Sampah non-B3 ini berasal dari beberapa kawasan yang ada di Tambang Emas Martabe seperti dari Department Mining, Camp, Processing, Low Land, dan kawasan lainnya.
“Proses pemilahan sampah dilakukan melalui sortir jenis sampah, seperti sampah plastik, kayu, kertas dan juga dimanfaatkan dalam pembudidayaan maggot dan ikan lele,” ucap Joko.
“Tentu beberapa sektor ini saling berkesinambungan dan pengelolaan pemilahan sampah di sini juga sesuai dengan prosedur yang ada. Per hari kami bisa menerima 1-2 ton sampah yang sekitar 60 persenya dimanfaatkan dengan daur ulang sementara sisanya kami serahkan ke TPST Aek Sirara,” tandasnya.
Pasok Kebutuhan Listrik Lewat Panel Surya
Selain pengelolaan sampah, PTAR fokus dalam meningkatkan dan memberdayakan energi terbarukan melalui pemanfaatan panel surya atap untuk memenuhi sebagian kebutuhan listriknya. Ini adalah bentuk kesadaran pelaku industri tambang di Sumatera Utara terhadap pemberdayaan energi terbarukan (EBT) ramah lingkungan.
Administrator General MPDS PTAR, Abimanyu Gumilar, menjelaskan PTAR telah mengalihkan sebagian penggunaan listriknya yang tadinya berasal dari pembangkit listrik fosil menjadi pembangkit listrik energi terbarukan.
“Hal ini terepresentasikan dari sertifikat energi baru terbarukan (renewable energy certificate/ REC) yang diterbitkan oleh PLN. Sepanjang semester I/2023 PTAR telah menggunakan 16.300 Unit REC atau setara 16.300 MWH listrik,” jelasnya.
Panel surya berkapasitas 2,1 MWP dipasang di kawasan Tambang Emas Martabe. PTAR juga memakai peralatan processing berupa Instalasi Sleep Energy Recovery (SER) yang bertujuan meregenerasi daya agar dapat dipakai kembali, dengan potensi penghematan energi sebesar 6,49% per bulan.
“Dan kapasitas panel surya atap di lingkungan Tambang Emas Martabe masih belum signifikan dibandingkan dengan area lahan yang ada. PLN kan belum membolehkan untuk ground mounting solar. Jadi, yang kami lakukan baru sebatas di atap,” ujarnya.
Abimanyu juga mengungkapkan panel surya yang menghasilkan 1,3 MW itu setara dengan satu hektar yang terpasang di satu area terkonsentrasi. Dengan begitu, ada sekitar hampir dua hektar luasan panel surya atap yang digunakan Martabe saat ini untuk mendukung kebutuhan listrik bebas emisi.
“Sehingga ke depannya, panel surya atau solar panel ini mampu membantu jalannya aktivitas tambang yang lebih ramah lingkungan dan memanfaatkan energi terbarukan,” ucapnya.
Upaya yang dilakukan Agincourt Resources tidak hanya fokus dalam keberlangsungan operasi tambang namun juga keberlangsungan menjaga kelestarian lingkungan serta perlindungan keanekaragaman hayati yang tentu akan mendorong lingkungan yang sehat dan bersih.
Senior Manager Corporate Communications PTAR, Katarina Siburian Hardono, bercerita bahwa perusahaan memiliki program selain dalam melakukan eksplorasi tambang, yakni fokus dalam mendukung keberlangsungan lingkungan yang sehat dan bersih.
“Untuk itu, program-program yang dilakukan adalah bagaimana PTAR mampu memberikan dampak yang positif demi keberlangsungan masyarakatnya untuk mendapatkan lingkungan yang sehat, terjaga tanpa ada yang rusak, salah satunya dari kami sendiri dalam mengelola limbah bekas atau sampah serta memanfaatkan energi terbarukan yakni panel surya yang lebih ramah lingkungan,” ucap Katarina sambil melempar senyum manisnya. (wol/eko/d1)
Editor: Ari Tanjung