Fluktuasi Harga Cabai Merah di Sumut Akibat Cuaca, Pentingnya Perubahan Pola Tanam – Berita Waspada Online

by -94 Views

MEDAN, Waspada.co.id – Harga cabai merah selama libur panjang Hari Raya Waisak sangat fluktuatif dalam kisaran Rp35.000 hingga Rp50.000 per Kg.

Ketua Tim Pamantau Harga Pangan, Gunawan Benjamin, mengatakan bahwa dalam 5 minggu terakhir, harga cabai merah bergerak antara Rp15.000 hingga Rp80.000 per kg.

“Fluktuasi harga cabai merah yang sangat tajam ini menunjukkan bahwa meskipun produksi cabai merah di Sumatera Utara mampu memenuhi kebutuhan masyarakat Sumut,” kata Gunawan, Senin (27/5).

Namun, harga cabai merah di Sumatera Utara sangat dipengaruhi oleh harga di luar wilayah Sumut, terutama selama musim panen dua bulan terakhir. Daerah penghasil cabai merah di Sumut adalah Batubara, Karo, dan Deliserdang.

“Meskipun pasokan dari Kabupaten Karo belakangan ini lebih sedikit karena belum memasuki musim panen besar,” jelasnya.

Produksi dari Batubara juga tidak mencapai maksimal ke sejumlah wilayah basis konsumsi seperti Kota Medan. Dari total permintaan cabai yang dibeli dari pedagang besar di Kota Medan, cabai dari Batubara hanya mampu memenuhi sekitar 70% permintaan pedagang, sedangkan cabai dari Karo mayoritasnya masuk ke pasar di Kota Medan.

Biasanya, dari bulan Maret hingga Agustus, pasokan cabai merah di Kota Medan didominasi oleh Kabupaten Tapanuli Utara, Karo, dan Aceh Tengah, dengan ketergantungan yang sangat kecil pada Batubara.

Gunawan menambahkan bahwa cuaca buruk sebelumnya telah menyebabkan penurunan produktivitas dan perubahan pola tanam, sehingga pedagang besar harus mencari pasokan cabai merah dari Batubara.

“Panas membuat petani panen lebih cepat dari biasanya, dengan potensi petani mengganti tanaman dengan bibit baru lebih awal. Perubahan ini dapat memicu fluktuasi harga yang tidak terduga, tetapi pada akhirnya akan membentuk keseimbangan baru,” tambahnya.

“Dalam jangka pendek, fluktuasi harga ini dapat menyulitkan pengendalian inflasi. Dengan perubahan iklim, pengendalian inflasi di sisi produksi akan semakin sulit ke depan,” tandasnya. (wol/eko/d1)

Editor: Ari Tanjung