Jakarta, Waspada.co.id – Direktur Eksekutif CERI, Yusri Usman, mengaku kaget membaca berita di beberapa media massa terkait Ombudsman RI dalam media breifingnya menyatakan dukungannya terhadap rencana Bulog yang akan mengakuisisi sumber beras di Kamboja.
“Wah ternyata bukan hanya pabrik etanol di Brazil saja yang ada perintah untuk diakuisisi, ternyata untuk sumber beras juga di Kamboja ada perintahnya ke Bulog. Ini serius, entah siapa yang memberikan masukkan ke Presiden RI sampai Ombudsman RI ikut memberikan dukungannya, hebat ini” kata pria yang merupakan alumni HIPMI dan Kadin dalam rilisnya, Minggu (16/6) di Jakarta.
Tetapi prinsipnya dasarnya sama, kata Yusri, harus hati-hati dan tidak melanggar peraturan dan UU yang berlaku serta harus ada kajian akademiknya dan kebijakan itu sudah pernah dicoba dengan berbagai cara tinggal kebijakan akuisisi adalah pilihan terakhir yang harus dilakukan untuk menjaga kepentingan umum, maka bagi Direksi Pertamina dan Direksi Perum Bulog agar enak tidur di masa pensiunnya.
“Semua perintah atasan itu harus minta tertulisnya bukan hanya omon-omon, karena pengalaman saya mendampingi mantan pejabat BUMN ketika diperiksa oleh aparat penegak hukum. Terpatnya waktu saya sempat bergabung di kantor Pengacara Dr Augustinus Hutajulu SH, hampir selama 11 tahun meskipun latar belakang pendidikan saya geologist, yaitu mulai tahun 1997 hingga 2007,” jelasnya.
Dikatakan, ketika CERI meminta pendapat dari senior HIPMI dan juga mantan Ketua Kompartemen Hubungan Luar KADIN Sumut ketika masih dipimpin almrhum H Imral Nasution, Riza Mutiara yang merupakan pengusaha sawit sekaligus perintis utama industri Oleocheomical di Indonesia, ternyata dia adalah juga pendiri PT Bursa Berjangka Jakarta pada tahun 1998 dan mulai beroperasi pada 1999, atau bursa komoditas pertama di Indonesia.
“Riza dengan enteng mengatakan bahwa kita tak boleh meninggalkan strategi Pak Harto yang membuat negara kita pernah bisa swa sembada beras dan dapat penghargaan dari badan dunia FAO saat itu, soal pangan harus nomor satu jadi prioritas negara untuk menghindari krisis politik,” terangnya.
Riza mengatakan lebih lanjut, bahwa cerita beras ini ternyata hampir sama dengan cerita rencana akuisisi pabrik etanol di Brazil. Dia mengatakan, kenapa Indonesia tidak melakukan modernisasi industri padi yang menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS) nasional bahwa luas sawah Indonesia mencapai 7.890.000 hektar (ha). Adapun produksi beras nasional sekarang mencapai 31.000.000 ton beras pertahun, defisitnya mencapai 3.000.000 ton pertahun, defisiit itulah yang harus kita harus import donk, kata Riza.
Riza menawarkan Konsep swasembada beras sebagai berikut. “Kita sudah punya UU Resi Gudang nomor 6 tahun 2009, maka harusnya Kementerian Keuangan menyediakan kredit Resi Gudang dengan bunga 4% yang tidak pernah dipakai dalam modernisasi industri padi dan sawah rakyat,” jelasnya.
“Kemudian galang kerja sama 7.890 pengusaha HIPMI dengan petani. 1000 ha sawah petani/pengusaha. Dari Sabang sampai Merauke yang dikoordinir Kementerian Pertanian dengan Kementerian UKM dan di bawan kordinasi Kepala BKPM dengan menggerakan dan Dinas-Dinas Pertanian di semua Kabupaten, dan memastikan sektor perbankan Pemerintah harus aktif mendukungnya,” terangnya lagi.
Namun harus dilakukan beberapa langkah yang menurut Riza agar tingkat keberhasilan swasembada ini bisa tercapai. Pertama, Pemerintah harus membangun jaringan irigasi, waduk, jalan produksi dan lain-lainnya.
Kedua, pengusaha harus membangun Resi Gudang padi dengan kapasitas Silo/penyimpanan GKG (Gabah Kering Giling) yang modern dengan kapasitas 500 ton x 6. Kemudian Padi di GKG yang disimpan dalam Resi Gudang bisa jadi jaminan kredit di bank dengan bunga 4%.
Ketiga, harus bangun kilang padi kapasitas 4 ton/jam yang dekat dengan lokasi sawah petani. Keempat, beras cetak kapasitas 2 ton/jam yang bisa membuat beras fortifikasi, beras Jepang dan beras barmati, dan lain-lain, menurut Riza.
Kemudian, bangun pengolahan kulit padi jadi biochar kapasitas 15 m3/jam. Bangun gudang penyimpanan traktor olah sawah dan mesin tanam padi, mesin panen padi serta drone untuk pemupukan dan hama.
Menurut Riza, Konsep ini akan meningkatkan produksi beras Indonesia, di prediksi sampai dengan 50 juta ton. Dengan meningkatkan pendapatan petani akan menumbuhkan jumlah pengusaha menengah dan menyerap lapangan kerja.
Tak kalah hebatnya, Riza bersedia membantu aktif Program Pemerintah untuk menyedia beras ini dengan siap dan bisa serta bersedia buat financial analysis untuk mensuplai peralatan untuk proyek modernisasi industri beras dan pertanian sawah. (wol/rls/asred/d2)