Direktur Eksekutif Center of Energy and Resources Indonesia (CERI), Yusri Usman, bersama Ketua Umum Asosiasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (ASPIRASI), Mirah Sumirat, menyatakan dukungan mereka terhadap Presiden Prabowo Subianto dalam upaya mengusut kasus permainan impor minyak di Pertamina. Mereka menekankan perlunya Tim Pidsus Kejaksaan Agung untuk menyelidiki kontrak kerjasama jangka panjang antara State Organization for Marketing of Oil (SOMO) Irak dan Pertamina terkait pengadaan minyak mentah Basrah. Sepakat bahwa penuntasan kasus ini harus dilakukan tanpa pandang bulu, Yusri dan Mirah juga berencana untuk turun ke lapangan dengan membawa ribuan pekerja untuk mendukung tindakan ini.
Yusri juga mengkritisi Tata Kelola Impor (TKI), Tata Kelola Organisasi (TKO), serta General Terms & Condition Impor Minyak Mentah dan BBM yang perlu dievaluasi dan diubah oleh Direksi Pertamina. Ia menyoroti perubahan kontrak pengadaan minyak mentah Basrah antara SOMO dan Pertamina dari 2 juta barel perbulan menjadi 3 juta barel perbulan, yang menimbulkan kecurigaan di internal Pertamina. Proses penandatanganan kontrak pada tahun 2016 yang dipimpin oleh Dirut Pertamina dan Presiden Direktur PT Shell Indonesia juga menjadi sorotan Yusri dalam mengungkap kejanggalan yang terjadi.
Sementara itu, berdasarkan informasi dari sumber terpercaya, terungkap adanya peran makelar kasus dan jabatan yang memengaruhi kasus korupsi Pertamina. Aktivitas markus dan marjab yang terlibat dalam praktek adu domba antara penegak hukum menjadi perhatian tersendiri. Sri Rajasa MBA, pengamat intelijen, menegaskan perlunya dukungan bersama untuk mengusut mafia migas dan makelar kasus serta jabatan demi menjaga keadilan dan transparansi dalam lembaga-lembaga penegak hukum. Dukungan kepada Presiden Prabowo Subianto dan lembaga terkait merupakan langkah awal dalam membersihkan sektor migas dari praktik korupsi.