Badan Pusat Statistik (BPS) telah merilis data inflasi bulan Maret sebesar 0,68% secara bulanan. Ekonom Sumatera Utara, Gunawan Benjamin, menjelaskan bahwa inflasi pada bulan ini dipicu oleh berakhirnya diskon tarif listrik sebesar 50%. Tanpa diskon tarif listrik, Sumatera Utara sudah dapat dipastikan mengalami deflasi, termasuk untuk harga makanan, minuman, dan tembakau yang mengalami deflasi sebesar 0,19%.
Menariknya, harga kebutuhan pokok masyarakat cenderung turun di saat mayoritas masyarakat merayakan Ramadan, yang merupakan suatu anomali yang tidak boleh dianggap enteng. Hal ini menunjukkan penurunan daya beli masyarakat Sumatera Utara yang mengancam pertumbuhan ekonomi di masa depan, terutama di tengah gejolak perang dagang.
Gubernur Sumatera Utara mempunyai tugas berat untuk mengatasi masalah daya beli masyarakat yang terpuruk saat ini, di tengah pelemahan ekonomi global dan potensi melemahnya harga TBS sawit akibat pelemahan ekspor. Solusi untuk memperbaiki daya beli masyarakat Sumatera Utara masih bergantung pada kebijakan nasional dan faktor eksternal seperti perang dagang, tensi geopolitik, dan penguatan mata uang US Dolar. Hal ini menjadikan perbaikan ekonomi Sumatera Utara perlu seiring dengan kondisi global yang semakin berat.
Penurunan Daya Beli Masyarakat Sumut: Buktinya!
