Ibu Tiar, seorang perempuan tangguh yang tinggal di rumah kayu di pinggir rel kereta api di Kota Medan, menginspirasi dengan dedikasi dan semangatnya yang luar biasa. Meskipun memiliki keterbatasan fisik akibat penyakit tulang, Ibu Tiar tetap gigih dalam mengumpulkan rongsokan, memilah sampah, dan membangun masa depan yang lebih baik.
Dalam kesederhanaan hidupnya, Ibu Tiar bersama suaminya memulai usaha pengepulan barang bekas dengan modal minim. Mereka mengumpulkan gelas plastik, botol, dan limbah rumah tangga untuk didaur ulang. Meskipun menghadapi tantangan modal dan pengetahuan, Ibu Tiar akhirnya melibatkan dirinya dalam program pembiayaan dan pendampingan usaha PNM Mekaar. Dengan pinjaman awal Rp2 juta, ia mulai mengelola usaha pengepulan barang bekas serta bisnis tambahan menjual pulsa dan gas elpiji 3kg.
Berkat kegigihan dan keseriusannya, dalam enam tahun usaha Ibu Tiar berkembang pesat. Rumahnya tidak hanya menjadi tempat tinggal tetapi juga pusat pengepulan barang bekas di sekitar. Ia mampu mengelola pinjaman hingga Rp11 juta dan tetap aktif menjadi nasabah binaan Mekaar. Ibu Tiar bukan hanya berjuang untuk keberhasilan pribadinya, tetapi juga menjadi inspirasi bagi para wanita di sekitarnya.
Kisah sukses Ibu Tiar menunjukkan bahwa perempuan mempunyai peran penting dalam perekonomian keluarga dan komunitas. Melalui usaha ultra mikro, mereka mampu memberikan dampak signifikan bagi lingkungan sekitarnya. Kini, Ibu Tiar tidak hanya menjadi penopang keluarga dari usaha pengepulan barang bekas, tetapi juga menciptakan ekosistem produktif di lingkungan sekitarnya. Ia adalah contoh nyata bahwa perjuangan tanpa batas dan harapan bisa muncul dari tempat yang tidak terduga. Semangat dan kesabaran adalah kunci utama kesuksesan, seperti yang dipegang teguh oleh Ibu Tiar.