Hasto Sebut PDIP Ditinggalkan oleh Jokowi, Sementara Ganjar: Banteng Tidak Lemah

by -474 Views
    

Waspada.co.id – Calon presiden (capres) yang akan datang, Ganjar Pranowo menanggapi pernyataan Sekretaris Jenderal Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Hasto Kristiyanto yang mengatakan bahwa pihaknya telah ditinggalkan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi). Ganjar mengakui adanya kesedihan, tetapi PDIP tidak akan larut dalam situasi tersebut.

    

“Kesedihan pasti ada, tetapi kita tidak akan terlalu emosional, banteng tidak akan terlalu emosional. Banteng yang terluka akan langsung bergerak,” kata Ganjar di Pondok Pesantren Miftahul Ulum, Jakarta, Ahad (29/10/2023).

    

“Jadi kita tidak dalam romantisme kesedihan, tetapi kita harus berjuang. PDI Perjuangan ketika PDI dihajar habis-habisan,” tambah mantan gubernur Jawa Tengah itu.

    

Sekretaris Jenderal PDIP, Hasto Kristiyanto mengatakan bahwa partainya saat ini dalam suasana yang sedih, serta pasrah kepada Tuhan dan rakyat. Sebab itu, partai yang berlambang banteng sangat tidak mempercayai apa yang terjadi saat ini.

    

“Ketika DPP Partai bertemu dengan jajaran anak ranting dan ranting sebagai struktur Partai paling bawah, banyak yang tidak percaya bahwa ini bisa terjadi,” kata Hasto melalui pernyataannya, Ahad (29/10/2023).

    

“Kami sangat mencintai dan memberikan hak istimewa yang begitu besar kepada Presiden Jokowi dan keluarganya. Namun kami ditinggalkan karena masih ada permintaan lain yang berpotensi melanggar konstitusi dan kebaikan,” lanjutnya.

    

Pada awalnya, PDIP hanya berdoa agar hal itu tidak terjadi, tetapi realitas berkata lain saat ini. Ia juga menyebutkan tentang semua elemen partai yang berhasil memenangkan Jokowi dan keluarganya dalam lima pemilihan kepala daerah (Pilkada) dan dua pemilihan presiden (Pilpres).

    

“Itu adalah bentuk kasih sayang kami, pada awalnya kami memilih diam. Tetapi apa yang diungkapkan oleh Butet Kartaredjasa, Goenawan Muhammad, Eep Syaifullah, Hamid Awaludin, Airlangga Pribadi, dan lainnya, bersama-sama dengan para ahli hukum tata negara, tokoh pro demokrasi, dan gerakan masyarakat sipil, akhirnya kami berani mengungkapkan perasaan kami,” kata Hasto.

    

PDIP sendiri percaya bahwa Indonesia adalah negara di mana rakyatnya bertakwa kepada Tuhan. Di mana moralitas, kebenaran, dan kesetiaan sangat dijunjung tinggi.

    

Sedangkan apa yang terjadi dalam pencalonan Gibran Rakabuming Raka adalah political disobedience terhadap konstitusi dan rakyat Indonesia. Semua ini digabungkan dengan manipulasi hukum melalui Mahkamah Konstitusi (MK).

    

“Saya sendiri menerima pengakuan dari beberapa ketua umum partai politik yang merasa memiliki kartu truf. Ada yang mengatakan masa jabatan saya hanya sehari, ada yang mengatakan betapa beratnya tekanan kekuasaan,” kata Hasto. (republika.com)