Renault Group saat ini sedang dalam pencarian CEO baru setelah Luca de Meo mengumumkan pengunduran dirinya setelah lima tahun memimpin merek Prancis tersebut. Sebelumnya, de Meo telah berhasil memimpin kebangkitan merek SEAT dari Volkswagen Group selama lima tahun sebelum bergabung dengan Renault pada tahun 2020. Saat itu, perusahaan mengalami tekanan besar dengan rekor kerugian sebesar €7,3 miliar pada paruh pertama tahun tersebut.
Namun, dengan fokus pada produk dengan margin yang lebih tinggi dan pengurangan waktu pengembangan, de Meo berhasil menghidupkan kembali Renault. Strategi “Renaulution” yang diterapkannya menitikberatkan pada SUV sebagai pusat dari jajaran produk baru Renault dengan merevitalisasi model-model yang lebih lambat laku. Sebagai contoh, Renault 5 dipulihkan sebagai mobil listrik, diikuti oleh model crossover Renault 4, dan rencananya, Twingo akan diluncurkan sebagai mobil listrik entry-level tahun depan.
Upaya de Meo juga termasuk memperkuat kehadiran Dacia di Eropa dengan merilis SUV kompak Bigster. Dia juga merencanakan peluncuran model listrik murah buatan Eropa pada tahun 2026, yang diperkirakan akan menggantikan Spring China dan menjadi versi terjangkau dari Twingo. Investasinya di merek Alpine telah menjamin masa depan merek listrik khusus ini dengan rencana peluncuran beberapa mobil listrik baru.
Namun, de Meo akan meninggalkan dunia otomotif untuk mengejar peran di luar industri tersebut, dengan laporan Le Figaro yang menyebutkan bahwa ia akan menjadi CEO Kering, perusahaan induk multinasional Prancis yang fokus pada barang mewah dengan merek terkenal seperti Gucci dan Yves Saint Laurent. Dewan Direksi Renault Group sekarang sedang mencari pengganti de Meo untuk menjalankan roda perusahaan ini setelah dia meninggalkan jejak di bawah keberhasilannya memimpin Renault.